Mohammad Husni Thamrin

Mohammad Husni Thamrin
Potret Mohammad Husni Thamrin
Lahir16 Februari 1894
Weltevreden, Batavia, Hindia Belanda
Meninggal11 Januari 1941(1941-01-11) (umur 46)
Senen, Batavia, Hindia Belanda
MakamTPU Karet Bivak, Jakarta
KebangsaanIndonesia
PekerjaanPolitikus
Tahun aktif1919–1940
Partai politikPartai Indonesia Raya
PenghargaanPahlawan Nasional Indonesia

Mohammad Husni Thamrin (Ejaan Van Ophuijsen: Mohammad Hoesni Thamrin, 16 Februari 1894 – 11 Januari 1941) adalah seorang politisi era Hindia Belanda yang kemudian dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia.

Kehidupan awal

Thamrin lahir di Weltevreden, Batavia (sekarang Jakarta), Hindia Belanda, pada 16 Februari 1894.[1] Ayahnya adalah seorang Belanda dengan ibu orang Betawi. Sejak kecil ia dirawat oleh pamannya dari pihak ibu karena ayahnya meninggal, sehingga ia tidak menyandang nama Belanda.[2] Sementara itu kakeknya, Ort, seorang Inggris, merupakan pemilik hotel di bilangan Petojo, menikah dengan seorang Betawi yang bernama Noeraini.[3]

Ayahnya, Tabri Thamrin, adalah seorang wedana di bawah gubernur jenderal Johan Cornelis van der Wijck. Setelah lulus dari Gymnasium Koning Willem III School te Batavia,[1] Thamrin mengambil beberapa jabatan sebelum bekerja di perusahaan perkapalan Koninklijke Paketvaart-Maatschappij.[4]

Munculnya Mohammad Husni Thamrin sebagai tokoh pergerakan yang berkaliber nasional tidaklah mudah. Untuk mencapai tingkat itu ia memulai dari bawah, dari tingkat lokal. Dia memulai geraknya sebagai seorang tokoh (lokal) Betawi. Sebagaimana telah disinggung pada bab terdahulu, Mohammad Husni Thamrin sejak muda telah memikirkan nasib masyarakat Betawi yang sehari-hari dilihatnya. Sebagai anak wedana, dia tidaklah terpisah dari rakyat jelata. Malah, dia sangat dekat dengan mereka. Sebagaimana anak-anak sekelilingnya, yang terdiri dari anak-anak rakyat jelata, dia pun tidak canggung-canggung untuk mandi-mandi bersama di Sungai Ciliwung. Dia tidak canggung-canggung untuk tidur bersama mereka, sebagaimana yang pernah disaksikan oleh ayahnya sendiri. Kelincahannya sebagai pemimpin agaknya telah menampak sejak ia masih berusia remaja.

Karier

Keluarga Thamrin
Pemikiran dari tokoh nasionalis Mohammad Husni Thamrin

Pada tahun 1929 telah terjadi suatu insiden penting di dalam Gemeenteraad, yaitu yang menyangkut pengisiari lowongan jabatan wakil wali kota Betawi (Batavia). Tindakan pemerintah kolonial ketika itu memang sangat tidak bijaksana, karena ternyata lowongan jabatan itu diberikan kepada orang Belanda yang kurang berpengalaman, sedang untuk jabatan itu ada orang Betawi yang jauh lebih berpengalaman dan pantas untuk jabatan itu. Tindakan pemerintah ini mendapat reaksi keras dari fraksi nasional. Bahkan mereka mengambil langkah melakukan pemogokan, ternyata usaha mereka berhasil dan pada akhirnya Mohammad Husni Thamrin diangkat sebagai wakil wali kota Batavia.

Dua tahun sebelum kejadian di atas, Mohammad Husni Thamrin memang telah melangkahkan kakinya ke medan perjuangan yang lebih berat, karena dia ditunjuk sebagai anggota lembaga yang lebih luas jangkauannya dan lebih tinggi martabatnya. Pada tahun 1927 ditunjuk sebagai anggota Volksraad untuk mengisi lowongan yang dinyatakan kosong oleh Gubernur Jenderal. Pada mulanya kedudukan itu ditawarkan kepada H.O.S. Tjokroaminoto, tetapi ditolak. Kemudian, ditawarkan lagi kepada dr. Sutomo, tetapi juga dia menolak. Dengan penolakan kedua tokoh besar ini, maka dibentuklah suatu panitia, yaitu panitia Dr. Sarjito yang akan memilih seorang yang dianggap pantas untuk menduduki kursi Volksraad yang lowong. Panitia Dr. Sarjito akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada Mohammad Husni Thamrin. Alasan yang dikemukakannya ialah bahwa Mohammad Husni Thramrin cukup pantas menduduki kursi itu mengingat pengalamannya sebagai anggota Gemeenteraad.

Pada tahun pengangkatannya sebagai anggota Volksraad, keadaan di Hindia Belanda mengalami perubahan yang sangat penting yakni adanya sikap pemerintah kolonial yang keras, lebih bertangan besi. Ini adalah salah satu akibat yang paling buruk yang lahir dari terjadinya pemberontakan 1926 dan 1927. Akan tetapi di lain pihak ketika memasuki tahun 1927 itu pula, langkah pergerakan nasional kita juga mengalami perubahan sebagai akibat dari didirikannya PNI dan munculnya Bung Karno sebagai pemimpin utamanya.

Husni Thamrin dikenal sebagai salah satu tokoh Betawi (dari organisasi Kaoem Betawi) yang pertama kali menjadi anggota Volksraad ("Dewan Rakyat") di Hindia Belanda. Ia mewakili kelompok Inlanders ("pribumi").[butuh rujukan] Pada tahun 1939, Husni Thamrin menjadi pemimpin fraksi nasional di dalam Volksraad.[5] Thamrin juga salah satu tokoh penting dalam dunia sepak bola Hindia Belanda (sekarang Indonesia), karena pernah menyumbangkan dana sebesar 2000 Gulden pada tahun 1932 untuk mendirikan lapangan sepak bola khusus untuk rakyat Hindia Belanda pribumi yang pertama kali di daerah Petojo, Batavia (sekarang Jakarta).

Pada tanggal 11 Januari 1941, Mohammad Husni Thamrin wafat setelah sakit beberapa waktu lamanya. Akan tetapi, beberapa saat sebelum kewafatannya, pemerintah kolonial telah melakukan tindakan "sangat kasar" terhadap dirinya. Dalam keadaan sakit, ia harus menghadapi perlakuan kasar itu, yaitu rumahnya digeledah oleh polisi-polisi rahasia Belanda (PID). Ia memprotesnya, akan tetapi tidak diindahkan. Sejak itu rumahnya dijaga ketat oleh PID dan tak seorangpun dari rumahnya yang diperbolehkan meninggalkan rumah tanpa seizin polisi, juga termasuk anak perempuannya yang masih kecil juga tidak diperkenankan meninggalkan rumahnya, sekalipun utntuk pergi ke sekolah. Tindakan polisi Belanda itu tentulah sangat menekan perasaannya dan menambah parah sakitnya. Wafatnya Mohammad Husni Thamrin tentulah sangat besar artinya bagi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah kehilangan salah seorang pemimpinnya yang cerdas dan berwibawa.

Pada bulan Mei 1939, Thamrin mempelopori upaya menyatukan delapan organisasi nasionalis, termasuk Partai Indonesia Raya (Parindra), ke dalam Federasi Politik Indonesia (Gaboengan Politiek Indonesia, atau GAPI). Kelompok ini memiliki empat tujuan utama: penentuan nasib sendiri Indonesia, persatuan nasional, partai yang dipilih secara demokratis dan bertanggung jawab terhadap rakyat Indonesia, dan solidaritas antara masyarakat Indonesia dan Belanda untuk memerangi fasisme.[6]

Menurut laporan resmi, ia dinyatakan bunuh diri. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet, Jakarta. Di saat pemakamannya, lebih dari 10.000 pelayat mengantarnya yang kemudian berdemonstrasi menuntuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan dari Belanda.[7]

Namanya diabadikan sebagai salah satu jalan protokol di Jakarta, salah satu stasiun MRT yang sedang dibangun di bawahnya (stasiun MRT Thamrin), dan proyek perbaikan kampung besar-besaran di Jakarta ("Proyek MHT") pada tahun 1970-an.

Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa jasanya, Pemerintah Republik Indonesia, mengabadikannya di pecahan uang kertas rupiah baru, pecahan Rp. 2.000,-.[8]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Soedarmanto 2007, hlm. 14.
  2. ^ Glissenaar, F. DD: Het leven van E.F.E. Douwes Dekker. p. 153.
  3. ^ Asvi Warman Adam 2009, hlm. 17.
  4. ^ JCG, Mohammad Hoesni Thamrin.
  5. ^ Suryana, C., dkk. (Juli 2022). Setiawan, Asep Iwan, ed. Selayang Pandang Partai Politik (PDF). Bandung: Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung. hlm. 5. ISBN 978-623-88132-8-5.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  6. ^ Kahin 1952, hlm. 96–97.
  7. ^ Anwar, R. Tjarda dibebaskan Diarsipkan 2008-10-26 di Wayback Machine.. Salinan dalam bentuk blog dari artikel di Suara Pembaruan daring.
  8. ^ https://m.detik.com/finance/moneter/d-3374624/rupiah-desain-baru-terbit-hari-ini#key1[pranala nonaktif permanen] rupiah-desain-baru-terbit-hari-ini, Senin, 19 Des 2016

Daftar pustaka

  • Ajisaka, Arya; Damayanti, Dewi (2010). Mengenal Pahlawan Indonesia (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Kawan Pustaka. ISBN 978-979-757-430-7.  Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  • Adam, Asvi Warman (2009). Membongkar manipulasi sejarah: kontroversi pelaku dan peristiwa (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 979-709-404-1 Periksa nilai: checksum |isbn= (bantuan). Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  • Elson, Robert Edward (2008). The Idea of Indonesia : a History. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-87648-3. 
  • "Even after you die you have to follow rules". The Jakarta Post. 5 September 2009. Diakses tanggal 9 October 2011. 
  • "Gedung Muhammad Husni Thamrin / Gedung Kenari" (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-17. Diakses tanggal 17 April 2012.  Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  • "Husni Thamrin, Patung". Encyclopedia of Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-17. Diakses tanggal 17 April 2012.  Parameter |trans_title= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  • Kahin, George McTurnan (1952). Nationalism and Revolution in Indonesia. Ithaca: Cornell University Press. OCLC 406170. 
  • "Mohammad Hoesni Thamrin". Encyclopedia of Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-17. Diakses tanggal 17 April 2012. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
  • Sabarini, Prodita (14 March 2009). "Prestigious high school for gifted kids to open". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-17. Diakses tanggal 17 April 2012. 
  • Soedarmanto, J. B. (2007). Jejak-Jejak Pahlawan: Perekat Kesatuan Bangsa Indonesia. Jakarta: Grasindo. ISBN 978-979-759-716-0. 

Pranala luar

  • (Indonesia) Biografi @ TokohIndonesia.com Diarsipkan 2008-03-07 di Wayback Machine.
  • (Indonesia) MH Thamrin Mengenang Sosok yang Terlupakan[pranala nonaktif permanen]
  • l
  • b
  • s
Politik
Abdul Halim Majalengka · Abdoel Kahar Moezakir · Achmad Soebardjo · Adam Malik · Adnan Kapau Gani · Alexander Andries Maramis · Alimin · Andi Sultan Daeng Radja · Arie Frederik Lasut · Arnold Mononutu · Djoeanda Kartawidjaja · Ernest Douwes Dekker · Fatmawati · Ferdinand Lumban Tobing · Frans Kaisiepo · Gatot Mangkoepradja · Hamengkubuwana IX · Herman Johannes · Idham Chalid · Ida Anak Agung Gde Agung · Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono · I Gusti Ketut Pudja · Iwa Koesoemasoemantri · Izaak Huru Doko · Johannes Leimena · Johannes Abraham Dimara · Kasman Singodimedjo · Kusumah Atmaja · Lambertus Nicodemus Palar · Mahmud Syah III dari Johor · Mangkunegara I · Maskoen Soemadiredja · Mohammad Hatta · Mohammad Husni Thamrin · Moewardi · Teuku Nyak Arif · Nani Wartabone · Oto Iskandar di Nata · Radjiman Wedyodiningrat · Rasuna Said · Saharjo · Samanhudi · Soekarni · Soekarno · Sukarjo Wiryopranoto · Soepomo · Soeroso · Soerjopranoto · Sutan Mohammad Amin Nasution · Sutan Syahrir · Syafruddin Prawiranegara · Tan Malaka · Tjipto Mangoenkoesoemo · Oemar Said Tjokroaminoto · Zainul Arifin
Militer
Kemerdekaan
Revolusi
Pergerakan
Sastra
Seni
Pendidikan
Integrasi
Pers
Pembangunan
Agama
Perjuangan
Abdul Kadir · Achmad Rifa'i · Andi Depu · Andi Mappanyukki · Aji Muhammad Idris · Aria Wangsakara · Baabullah · Bataha Santiago · Cut Nyak Dhien · Cut Nyak Meutia · Depati Amir · Hamengkubuwana I · I Gusti Ketut Jelantik · I Gusti Ngurah Made Agung · Ida Dewa Agung Jambe · Himayatuddin Muhammad Saidi · Iskandar Muda dari Aceh · Kiras Bangun · La Madukelleng · Machmud Singgirei Rumagesan · Mahmud Badaruddin II dari Palembang · Malahayati · Martha Christina Tiahahu · Nuku Muhammad Amiruddin · Nyai Ageng Serang · Opu Daeng Risadju · Paku Alam VIII · Pakubuwana VI · Pakubuwana X · Pangeran Antasari · Pangeran Diponegoro · Pattimura · Pong Tiku · Raden Mattaher · Radin Inten II · Ranggong Daeng Romo · Raja Haji Fisabilillah · Ratu Kalinyamat · Salahuddin bin Talabuddin · Sisingamangaraja XII · Sultan Agung dari Mataram · Sultan Hasanuddin · Teungku Chik di Tiro · Tuanku Imam Bonjol · Tuanku Tambusai · Teuku Umar · Tirtayasa dari Banten · Thaha Syaifuddin dari Jambi · Tombolotutu · Untung Suropati · Zainal Mustafa
Diusulkan · Perempuan · Islam · Kristen · Hindu · Buddha · Kepercayaan asli · Portal Portal Indonesia