Halim Perdanakusuma

6°15′26″S 106°50′47″E / 6.25722°S 106.84639°E / -6.25722; 106.84639Koordinat: 6°15′26″S 106°50′47″E / 6.25722°S 106.84639°E / -6.25722; 106.84639)Pengabdian Hindia Belanda 1940–1942
 Britania Raya
1942–1945
 Indonesia
1946–1947Dinas/cabang Angkatan Laut Hindia Belanda
Angkatan Udara Britania Raya
Angkatan Udara Republik IndonesiaLama dinasc. 1940 – 1947Pangkat Marsekal Pertama (Anumerta)Perang/pertempuranPerang Dunia 2 (Front Barat)
Revolusi Nasional IndonesiaPenghargaanPahlawan Nasional Indonesia
Bintang Mahaputera Pratama
Fasad nisan makam Halim Perdanakusuma di TMPNU Kalibata, Jakarta

Marsekal Madya TNI (Anumerta) Abdul Halim Perdanakusuma (18 November 1922 – 14 Desember 1947) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia. Ia meninggal dunia saat menjalankan tugas semasa perang Indonesia - Belanda di Sumatra, yaitu ketika ditugaskan membeli dan mengangkut perlengkapan senjata dengan pesawat terbang dari Thailand.

Biografi

Halim dilahirkan Sampang, Madura, Hindia Belanda, pada 18 November 1922.[1] Setelah lulus dari SD dan SMP/SMA untuk pribumi Indonesia,[2] ia bergabung dengan Opleidingschool voor Inlandsche Ambtenaren (sebuah sekolah untuk mendidik penduduk pribumi Indonesia untuk pemerintahan) di Magelang.[3] Namun pada tahun kedua, ia memutuskan untuk keluar dan bergabung Akademi Angkatan Laut di Surabaya untuk bergabung sebagai tentara Hindia Belanda[4][5] Setelah menamatkan pendidikan di akademi tersebut, ia sempat bergabung dengan tentara KNIL di bagian penerangan.[4]

Selama Perang Dunia 2 beliau pernah bertugas di Royal Canadian Air Force dan Royal Air Force sebagai Navigator dengan pangkat Wing Commander dan bertugas di skadron pengebom pesawat Lancaster dan B-24 Liberator. Selama bertugas beliau telah menjalankan 44 misi pengeboman di seluruh Eropa.[6]

Setelah Perang Dunia 2 berakhir, beliau kembali ke Indonesia. Pada saat itu ia masih tergabung dengan Dinas Penerbangan Angkatan Laut Belanda, tetapi beliau lebih memilih bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat di Jawatan Penerbangan dan telah menjalankan beberapa misi sampai ia gugur dalam tugas.

Gugur dalam tugas

Semasa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda di Sumatra pada tahun 1948, Halim Perdanakusuma dan Marsma Iswahjoedi ditugaskan membeli perlengkapan senjata di Thailand. Keduanya ditugaskan dengan pesawat terbang multifungsi Avro Anson RI-003.[7] Pesawat terbang itu dipenuhi dengan berbagai senjata api, diantaranya karabin, bren gun, pistol dan granat tangan.

Dalam perjalanan pulang, pesawat terbang tersebut jatuh karena cuaca buruk.[8] Bangkai pesawat terbang tersebut ditemukan di sebuah hutan berdekatan dengan kota Lumut, Perak, Malaysia (ketika itu masih bernama Uni Malaya). Namun tim penyelamat hanya menemukan jasad Halim, sementara jasad Iswahyudi tidak diketemukan dan tidak diketahui nasibnya hingga sekarang. Begitu juga dengan berbagai perlengkapan senjata api yang mereka beli di Thailand, tidak diketahui kemana rimbanya.

Jasad Halim kemudian sempat dikebumikan di kampung Gunung Mesah, tidak jauh dari Gopeng, Perak, Malaysia. Pusat data Tokoh Indonesia mencatat, di daerah Gunung Mesah itu banyak bermukim penduduk keturunan Sumatra. Beberapa tahun kemudian, kuburan Halim digali dan jasadnya dibawa ke Jakarta dan dimakamkan kembali di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Penghormatan dan Penghargaan

Bandar Udara Halim Perdanakusuma

Pemerintah Indonesia memberi penghormatan atas jasa dan perjuangan Halim, dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional dan mengabadikan namanya pada Bandar Udara Halim Perdanakusuma di Jakarta. Pemerintah juga mengabadikan namanya pada kapal perang KRI Abdul Halim Perdanakusuma.

Bandar Udara Halim Perdanakusuma menjadi dasar penamaan beberapa lokasi; seperti Kelurahan Halim Perdanakusuma yang menjadi lokasi bandar udara tersebut dan kompleks Stasiun Halim yang berada di utaranya.

Brevet dan Penghargaan

  • Brevet/Wing Penerbang TNI AU
  • Bintang Mahaputera Pratama

Referensi

Catatan kaki

  1. ^ Sudarmanto 1996, hlm. 245.
  2. ^ Komandoko 2006, hlm. 1.
  3. ^ Sudarmanto 1996, hlm. 246.
  4. ^ a b Komandoko 2006, hlm. 2.
  5. ^ Damayanti 2010, hlm. 121.
  6. ^ "Halim Perdanakusuma, Bapak Penerbang AURI". tni-au.mil.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-05-22. Diakses tanggal 2020-05-01. 
  7. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-13. Diakses tanggal 2010-06-07. 
  8. ^ Sudarmanto 1996, hlm. 247.

Daftar pustaka

  • Sudarmanto, J.B. (2007). Jejak-jejak Pahlawan dari Sultan Agung hingga Syekh Yusuf. Jakarta: Grasindo. ISBN 978-979-759-716-0.  Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)
  • Komandoko, Gamal (2006). Kisah 124 Pahlawan & Pejuang Nusantara. Pustaka Widyatama. ISBN 978-979-661-090-7.  Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)
  • Damayanti, Ajisaka Arya (2010). Mengenal Pahlawan Indonesia. Kawan Pustaka. ISBN 978-979-757-430-7.  Periksa nilai tanggal di: |year= (bantuan)

Pranala luar

  • l
  • b
  • s
Politik
Abdul Halim Majalengka · Abdoel Kahar Moezakir · Achmad Soebardjo · Adam Malik · Adnan Kapau Gani · Alexander Andries Maramis · Alimin · Andi Sultan Daeng Radja · Arie Frederik Lasut · Arnold Mononutu · Djoeanda Kartawidjaja · Ernest Douwes Dekker · Fatmawati · Ferdinand Lumban Tobing · Frans Kaisiepo · Gatot Mangkoepradja · Hamengkubuwana IX · Herman Johannes · Idham Chalid · Ida Anak Agung Gde Agung · Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono · I Gusti Ketut Pudja · Iwa Koesoemasoemantri · Izaak Huru Doko · Johannes Leimena · Johannes Abraham Dimara · Kasman Singodimedjo · Kusumah Atmaja · Lambertus Nicodemus Palar · Mahmud Syah III dari Johor · Mangkunegara I · Maskoen Soemadiredja · Mohammad Hatta · Mohammad Husni Thamrin · Moewardi · Teuku Nyak Arif · Nani Wartabone · Oto Iskandar di Nata · Radjiman Wedyodiningrat · Rasuna Said · Saharjo · Samanhudi · Soekarni · Soekarno · Sukarjo Wiryopranoto · Soepomo · Soeroso · Soerjopranoto · Sutan Mohammad Amin Nasution · Sutan Syahrir · Syafruddin Prawiranegara · Tan Malaka · Tjipto Mangoenkoesoemo · Oemar Said Tjokroaminoto · Zainul Arifin
Militer
Kemerdekaan
Revolusi
Pergerakan
Sastra
Seni
Pendidikan
Integrasi
Pers
Pembangunan
Agama
Perjuangan
Abdul Kadir · Achmad Rifa'i · Andi Depu · Andi Mappanyukki · Aji Muhammad Idris · Aria Wangsakara · Baabullah · Bataha Santiago · Cut Nyak Dhien · Cut Nyak Meutia · Depati Amir · Hamengkubuwana I · I Gusti Ketut Jelantik · I Gusti Ngurah Made Agung · Ida Dewa Agung Jambe · Himayatuddin Muhammad Saidi · Iskandar Muda dari Aceh · Kiras Bangun · La Madukelleng · Machmud Singgirei Rumagesan · Mahmud Badaruddin II dari Palembang · Malahayati · Martha Christina Tiahahu · Nuku Muhammad Amiruddin · Nyai Ageng Serang · Opu Daeng Risadju · Paku Alam VIII · Pakubuwana VI · Pakubuwana X · Pangeran Antasari · Pangeran Diponegoro · Pattimura · Pong Tiku · Raden Mattaher · Radin Inten II · Ranggong Daeng Romo · Raja Haji Fisabilillah · Ratu Kalinyamat · Salahuddin bin Talabuddin · Sisingamangaraja XII · Sultan Agung dari Mataram · Sultan Hasanuddin · Teungku Chik di Tiro · Tuanku Imam Bonjol · Tuanku Tambusai · Teuku Umar · Tirtayasa dari Banten · Thaha Syaifuddin dari Jambi · Tombolotutu · Untung Suropati · Zainal Mustafa
Diusulkan · Perempuan · Islam · Kristen · Hindu · Buddha · Kepercayaan asli · Portal Portal Indonesia