Aksara Sunda

ᮃᮊ᮪ᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ
Huruf-huruf konsonan dasar dalam aksara Sunda. Huruf konsonan baru tidak dimasukkan.
Jenis aksara
Abugida
BahasaSunda
Periode
sekitar abad ke-17 hingga sekarangArah penulisanKiri ke kananAksara terkait
Silsilah
Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
  • Abjad Proto-Sinai
    • Abjad Fenisia
      • Abjad Aramea
        • Aksara Brahmi
Dari aksara Brahmi diturunkanlah:
  • Aksara Pallawa
    • Aksara Kawi
      • Aksara Sunda Kuno
        • Aksara Sunda
Aksara kerabat
Bali
Batak
Baybayin
Bugis
Incung
Jawa
Lampung
Makassar
Rejang
ISO 15924ISO 15924Sund, 362 Sunting ini di Wikidata, ​SundaPengkodean Unicode
Nama Unicode
Sundanese
Rentang Unicode
U+1B80–U+1BBF
U+1CC0–U+1CCF Artikel ini mengandung transkripsi fonetik dalam Alfabet Fonetik Internasional (IPA). Untuk bantuan dalam membaca simbol IPA, lihat Bantuan:IPA. Untuk penjelasan perbedaan [ ], / / dan  , Lihat IPA § Tanda kurung dan delimitasi transkripsi.

Aksara Sunda Baku (ᮃᮊ᮪ᮞᮛ  ᮞᮥᮔ᮪ᮓ  ᮘᮊᮥ) ialah sistem penulisan yang digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda kontemporer, ia juga merupakan hasil penyesuaian Aksara Sunda Kuno. Saat ini Aksara Sunda Baku juga lazim disebut dengan sebutan Aksara Sunda.

Sejarah

Perbandingan aksara Kawi, aksara Sunda kuno, dan aksara Sunda baku

Kecakapan masyarakat dalam tulis menulis di wilayah Sunda telah diketahui keberadaannya sejak sekitar abad ke-5 Masehi, pada masa Kerajaan Tarumanagara. Hal itu terungkap pada prasasti-prasasti yang sebagian besar dibicarakan oleh Kern (1917) dalam bukunya yang berjudul Versvreide Beschriften; Inschripties Van Den Indischen Archipel. [1]

Namun pada awal masa kolonial, masyarakat Sunda dipaksa oleh keadaan yaitu dengan meluasnya pengaruh Mataram Islam ke dalam wilayah Priangan (kecuali wilayah Cirebon dan Banten) dan kebijakan penguasa saat itu untuk meninggalkan penggunaan Aksara Sunda Kuno yang merupakan salah satu identitas budaya Sunda lewat kebijakan pemerintahan kolonial melalui surat resminya tertanggal 3 November 1705 yang mewajibkan penggunaan aksara latin, arab gundul (pegon) dan aksara jawa modifikasi (cacarakan) sebagai aksara resmi yang digunakan di wilayah Sunda dalam kegiatan surat menyurat.[2] Keadaan yang berlangsung hingga masa kemerdekaan ini menyebabkan punahnya Aksara Sunda Kuno dalam tradisi tulis masyarakat Sunda.[2]

Pada akhir Abad ke-19 sampai pertengahan Abad ke-20, para peneliti berkebangsaan asing (misalnya K. F. Holle dan C. M. Pleyte) dan bumiputera (misalnya Atja dan E. S. Ekadjati) mulai meneliti keberadaan prasasti-prasasti dan naskah-naskah tua yang menggunakan Aksara Sunda Kuno. Berdasarkan atas penelitian-penelitian sebelumnya, pada akhir Abad ke-20 mulai timbul kesadaran akan adanya sebuah Aksara Sunda yang merupakan identitas khas masyarakat Sunda.[1]

Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menetapkan Perda No. 6 tahun 1996 tentang Pelestarian, Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra, dan Aksara Sunda yang kelak digantikan oleh Perda No. 5 tahun 2003 tentang Pemeliharaan Bahasa, Sastra, dan Aksara Daerah kemudian digantikan dengan Perda No. 14 Tahun 2014.[3]

Pada tanggal 21 Oktober 1997, diadakan Lokakarya Aksara Sunda di Kampus Universitas Padjadjaran Jatinangor yang diselenggarakan atas kerja sama Pemerintah Daerah Tingkat I Jawa Barat dengan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. Kemudian hasil rumusan lokakarya tersebut dikaji oleh Tim Pengkajian Aksara Sunda. Dan akhirnya pada tanggal 16 Juni 1999 keluar Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 343/SK.614-Dis.PK/99 yang menetapkan bahwa hasil lokakarya serta pengkajian tim tersebut diputuskan sebagai Aksara Sunda Baku.

Penggunaan

Saat ini Aksara Sunda Baku mulai diperkenalkan kepada khalayak umum antara lain melalui beberapa acara kebudayaan daerah yang diselenggarakan di Bandung. Selain itu, Aksara Sunda Baku juga digunakan pada papan nama Museum Sri Baduga, Kampus Yayasan Atikan Sunda dan Kantor Dinas Pariwisata Daerah Kota Bandung. Langkah lain juga diambil oleh Pemerintah Daerah Kota Tasikmalaya yang menggunakan Aksara Sunda Baku pada papan nama jalan-jalan utama di kota tersebut.Namun, setidaknya hingga akhir tahun 2008 Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat belum juga mewajibkan para siswa untuk mempelajari Aksara Sunda Baku sebagaimana para siswa tersebut diwajibkan untuk mempelajari bahasa Sunda. Langkah memperkenalkan aksara daerah mungkin akan dapat lebih mencapai sasaran jika Aksara Sunda Baku dipelajari bersamaan dengan bahasa Sunda.[4]

Dinas Pendidikan Nasional Provinsi Lampung dan Provinsi Jawa Tengah telah jauh-jauh hari menyadari hal ini dengan mewajibkan para siswa Sekolah Dasar yang mempelajari bahasa daerah untuk juga mempelajari aksara daerah.[5]

Hampir seluruh papan nama jalan di Kota Bogor dan Kota Bandung juga menggunakan bahasa Sunda dengan aksara Sunda baku di bawah nama dalam bahasa Indonesia/alfabet Latin.[6][7][8]

Namun pada prakteknya diperlukan koordinasi dengan pihak terkait, dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, akademisi, serta penggiat budaya Sunda dalam pengaplikasian aksara Sunda dalam lingkup sosial, dikarenakan banyaknya kesalahan dalam penulisan aksara Sunda itu sendiri, seperti yang baru-baru ini terjadi di Sukabumi yaitu penulisan aksara Sunda baku di depan Balai Kota Sukabumi yang menurut penggiat seni dan budaya Sukabumi terjadi kesalahan penulisan yang membuat artinya pun berbeda dari seharusnya "Balai Kota Sukabumi" menjadi "Nyala Kata Sukanyama".[9]

Penggunaan, Pemeliharaan dan Pengembangan Bahasa, Sastra dan Aksara Sunda di Kota Bandung diperkuat dengan keluarnya Perda No. 9 Tahun 2012.[10]

Tipologi

Aksara Sunda Baku terdiri dari 32 aksara dasar, yaitu 7 aksara swara (aksara vokal mandiri): a, é, i, o, u, e, dan eu, dan 23 aksara ngalagena (konsonan berbunyi a): ka-ga-nga, ca-ja-nya, ta-da-na, pa-ba-ma, ya-ra-la, dan wa-sa-ha

Lima aksara ngalagena tambahan dimunculkan untuk merekam perkembangan bahasa Sunda, termasuk penyerapan kata-kata dari bahasa asing. Walaupun demikian, bentukan aksara tambahan ini bukan merupakan kreasi baru, melainkan dihasilkan melalui proses modifikasi dari aksara yang telah ada sebelumnya. Sebagai contoh: aksara "fa" dan "va" merupakan modifikasi dari aksara pa, kemudian aksara "qa" dan "xa" merupakan modifikasi dari aksara ka, dan aksara "za" merupakan modifikasi dari aksara ja.

Selain itu terdapat pula 2 (dua) aksara tambahan yakni "kha" dan "sya", yang digunakan untuk menulis ⟨خ⟩ dan ⟨ش⟩ yang berasal dari abjad Arab.

Ada pula rarangkén yang fungsinya untuk mengubah, menghilangkan, atau menambah bunyi pada aksara dasar. Tiga belas rarangkén menurut posisinya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: (1) lima rarangkén di atas huruf, (2) tiga rarangkén di bawah huruf, dan (3) lima rarangkén sejajar dengan huruf. Untuk menuliskan angka, aksara ini memiliki 10 angka dasar (dari 0 sampai 9).

Dilihat dari tampilan, huruf ngalagena termasuk rarangkén memiliki sudut 45°–75°. Umumnya, rasio dimensi huruf (tinggi:lebar) adalah 4:4, kecuali untuk huruf ngalagena ra (4:3), ba dan nya (4:6), dan aksara swara i (4:3). Rarangkén memiliki rasio dimensi 2:2, kecuali untuk panyecek (1:1), panglayar (4:2), panyakra (2:4), pamaéh (4:2) dan pamingkal (2:4 sisi bawah, 3:2 sisi kanan). Angka memiliki rasio dimensi 4:4, kecuali untuk angka 4 dan 5 (4:3).

Aksara Swara

Representasi grafis
= a = é = i = o
= u = e = eu = re pepet = le pepet

Aksara Ngalagena

Representasi grafis

Aksara Ngalagena untuk Bahasa Sunda

Tempat pelafalan nirsuara bersuara sengau semivokal sibilan celah
velar
ka ga nga ha
palatal
ca ja nya ya
retrofleks
ra
dental
ta da na la sa
labial
pa ba ma wa

Aksara ngalagena untuk kata serapan

= fa = qa = va = xa = za
= kha = sya

Rarangkén

Berdasarkan letak penulisannya, 15 Rarangkén dikelompokkan sebagai berikut:

  • Rarangkén di atas huruf = 5 macam
  • Rarangkén di bawah huruf = 5 macam
  • Rarangkén sejajar huruf = 6 macam

Rarangkén di atas huruf

panghulu, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [i].

Contoh: ᮊᮤ (ki)

pamepet, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ə].

Contoh: ᮊᮨ (ke)

paneuleung, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ɨ].

Contoh: ᮊᮩ (keu)

panglayar, menambah konsonan [r] pada akhir suku kata.

Contoh: ᮊᮁ (kar)

panyecek, menambah konsonan [ŋ] pada akhir suku kata.

Contoh: ᮊᮀ (kang)

Rarangkén di bawah huruf

panyuku, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [u].

Contoh: ᮊᮥ (ku)

panyakra, menambah konsonan [r] di tengah suku kata.

Contoh: ᮊᮢ (kra)

panyiku, menambah konsonan [l] di akhir suku kata.

Contoh: ᮊᮣ (kla)

᮰ᮬ pamintel, menambah konsosnan [m] di tengah suku kata.

Contoh: ᮊᮬ (kma)

᮰ᮭ papasangan, menambah konsosnan [w] di tengah suku kata.

Contoh: ᮊᮭ (kwa)

Rarangkén sejajar huruf

panéléng, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ɛ].

Contoh: ᮊᮦ (ké)

panolong, membuat vokal aksara Ngalagena dari [a] menjadi [ɔ].

Contoh: ᮊᮧ (ko)

pamingkal, menambah konsonan [j] di tengah suku kata.

Contoh: ᮊᮡ (kya)

pangwisad, menambah konsonan [h] di akhir suku kata.

Contoh: ᮊᮂ (kah)

patén atau pamaéh, meniadakan vokal pada suku kata.

Contoh: ᮊ᮪ (k)

᮰ᮺ avagraha, memisahkan bunyi vokal dari konsonan di akhir suku kata.

Contoh: ᮊᮺ (k'a)

Angka Sunda

Sunda Latin Bahasa Sunda
0 enol
1 hiji
2 dua
3 tilu
4 opat
5 lima
6 genep
7 tujuh
8 dalapan
9 salapan

Dalam teks, angka diapit oleh dua tanda pipa | ... |.

Contoh angka Tahun sekarang: || = 2024

Contoh tanggal Indonesia merdeka: |--| = 17-08-1945

Tanda baca

Pada masa sekarang tanda baca aksara Sunda menggunakan tanda baca Latin. Contohnya: koma ( , ), titik ( . ), titik koma ( ; ), titik dua ( : ), tanda seru ( ! ), tanda tanya ( ? ), tanda kutip ( " ), tanda kurung ( (…) ), tanda kurung siku ( […] ), dsb. Walau begitu, dulunya Aksara Sunda Kuno memiliki tanda bacanya sendiri.

  • Bindu Surya〉 yang menggambarkan matahari digunakan pada 〈᳆᳀᳆〉, untuk menandakan naskah tersebut bernilai religius.
  • Bindu Panglong〉 yang menggambarkan bulan separuh digunakan pada 〈᳆᳁〉 dengan maksud yang sama. Tanda baca lain yang digunakan untuk menandai naskah liturgi adalah 〈᳇᳇〉.
  • Bindu Purnama〉 yang menggambarkan bulan purnama digunakan pada 〈᳅᳂᳅〉untuk menandai naskah sejarah.
  • Bindu Surya kadang digunakan sebagai pengganti titik; dalam beberapa kasus, bindu purnama digunakan sebagai pengganti koma. Ketika Bindu surya tidak digunakan sebagai tanda titik, Bindu cakra〉 yang menggambarkan roda digunakan bersamaan dengan Bindu purnama sebagai tanda koma.
  • Tanda baca lainnya antara lain 〈〉, 〈〉, dan 〈〉 (da satanga, ka satanga, dan ba satanga). Untuk ini dapat ditambahkan leu satanga〉, yang artinya tidak jelas. Demikian juga, itu berasal sebagai suku kata "dihiasi" leu〉, yang kuno.[11]

Penggunaan pasangan

Kata-kata atau kalimat sederhana dapat ditulis secara langsung, misalnya dengan mengatur huruf ngalagena yang mewakili suara. Namun, dengan kata tertentu, konsonan majemuk dapat ditemukan. Kemudian, dua cara penulisan dapat digunakan: (1) menggunakan pamaéh, atau (2) menggunakan pasangan.

Penggunaan pamaéh adalah salah satu cara untuk menulis aksara Sunda pada tahap dasar. Cara lain, pasangan, biasanya digunakan untuk menghindari penggunaan pamaéh di tengah kata-kata, serta untuk menghemat ruang menulis. Pasangan dibuat dengan menyambungkan huruf ngalagena kedua ke huruf yang pertama, sehingga menghilangkan vokal /a/ dari ngalagena pertama.

Unicode

Aksara Sunda telah ditambahkan ke Standar Unicode pada bulan April 2008 dengan merilis versi 5.1. Dalam versi 6.3, dukungan pasangan dan beberapa karakter dari aksara Sunda Kuno ditambahkan.

Blok

Blok Unicode untuk aksara Sunda adalah U+1B80–U+1BBF. Blok Unicode untuk aksara Sunda tambahan adalah U+1CC0–U+1CCF.

Sundanese[1]
Official Unicode Consortium code chart (PDF)
  0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F
U+1B8x
U+1B9x
U+1BAx  ᮫ 
U+1BBx ᮿ
Catatan
1.^Seperti Unicode versi 13.0
Sundanese Supplement[1][2]
Official Unicode Consortium code chart (PDF)
  0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A B C D E F
U+1CCx
Catatan
1.^Seperti Unicode versi 13.0
2.^Daerah abu-abu berarti belum diisi

Contoh

UDHR Pasal 1:

Sakumna jalma gubrag ka alam dunya téh sipatna merdika jeung boga martabat katut hak-hak anu sarua. Maranéhna dibéré akal jeung haté nurani, campur-gaul jeung sasamana aya dina sumanget duduluran.

ᮞᮊᮥᮙ᮪ᮔ ᮏᮜᮬ ᮌᮥᮘᮢᮌ᮪ ᮊ ᮃᮜᮙ᮪ ᮓᮥᮑ ᮒᮦᮂ ᮞᮤᮕᮒ᮪ᮔ ᮙᮨᮁᮓᮤᮊ ᮏᮩᮀ ᮘᮧᮌ ᮙᮁᮒᮘᮒ᮪ ᮊᮒᮥᮒ᮪ ᮠᮊ᮪-ᮠᮊ᮪ ᮃᮔᮥ ᮞᮛᮥᮃ. ᮙᮛᮔᮦᮂᮔ ᮓᮤᮘᮦᮛᮦ ᮃᮊᮜ᮪ ᮏᮩᮀ ᮠᮒᮦ ᮔᮥᮛᮔᮤ, ᮎᮙ᮪ᮕᮥᮁ-ᮌᮅᮜ᮪ ᮏᮩᮀ ᮞᮞᮙᮔ ᮃᮚ ᮓᮤᮔ ᮞᮥᮙᮍᮨᮒ᮪ ᮓᮥᮓᮥᮜᮥᮛᮔ᮪.

Galeri

Contoh-contoh penggunaan aksara Sunda baku
  • Sebuah papan nama jalan di Kota Bogor yang menggunakan dua aksara dalam tampilan tulisannya (Latin dan Sunda)
    Sebuah papan nama jalan di Kota Bogor yang menggunakan dua aksara dalam tampilan tulisannya (Latin dan Sunda)
  • Papan nama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat menggunakan aksara Sunda dan Latin
    Papan nama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat menggunakan aksara Sunda dan Latin
  • Papan nama Jalan Braga, Kota Bandung
    Papan nama Jalan Braga, Kota Bandung
  • Tugu Kujang Pusaka, Kota Bogor
    Tugu Kujang Pusaka, Kota Bogor
  • Gedung Museum Sri Baduga yang terletak di Kota Bandung
    Gedung Museum Sri Baduga yang terletak di Kota Bandung

Dalam budaya populer

Aksara Sunda bisa ditemui dalam film DreadOut.[12][13]

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ a b "Asal Usul Aksara Sunda: Identitas Budaya di Abad Lampau yang Sempat Dilarang Penjajah". m.caping.co.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-16. Diakses tanggal 2023-01-16. 
  2. ^ a b Media, Kompas Cyber (2022-02-05). "Aksara Sunda: Sejarah dan Jumlahnya Halaman all". KOMPAS.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-04. Diakses tanggal 2022-12-04. 
  3. ^ "Perda Provinsi Jawa Barat No. 14 Tahun 2014". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-11-27. Diakses tanggal 16-01-2023.  Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)
  4. ^ online, inilah (2018-07-11). "Disparbud Gairahkan Kembali Aksara Sunda". Inilah Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-16. Diakses tanggal 2023-01-16. 
  5. ^ Hanan, Shofira (2017-02-24). "Bahasa Sunda Punah Tahun 2026? - Pikiran-Rakyat.com". www.pikiran-rakyat.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-16. Diakses tanggal 2023-01-16. 
  6. ^ "Nama Jalan di Bogor Ditulis Dengan Aksara Sunda". Poskota News (dalam bahasa Inggris). 2012-11-13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-14. Diakses tanggal 2019-07-14. 
  7. ^ dra. "Terkait Papan Nama Jalan Beraksara Sunda, DBMP Punya Dua Opsi". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-14. Diakses tanggal 2019-07-14. 
  8. ^ Abdussalam, Muhamad Syarif. "Sukarno Jadi Soekaarano, Satu Contoh Salah Papan Nama Jalan Beraksara Sunda". Tribunnews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-14. Diakses tanggal 2019-07-14. 
  9. ^ "Sempat Jadi Sorotan, Tulisan Aksara Sunda Baku di Balai Kota Sukabumi Akhirnya Dicopot dan Diperbaiki". suara.com. 2022-11-13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-04. Diakses tanggal 2022-12-04. 
  10. ^ "PERDA Kota Bandung No. 9 Tahun 2012 tentang Penggunaan, Pemeliharaan Dan Pengembangan Bahasa, Sastradan Aksara Sunda [JDIH BPK RI]". peraturan.bpk.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-16. Diakses tanggal 2023-01-16. 
  11. ^ EVERSON, Michael. Proposal for encoding additional Sundanese characters for Old Sundanese in the UCS. Available at here Diarsipkan 2020-08-07 di Wayback Machine.. September 5th, 2009.
  12. ^ Digdo, Ikhsan (2019-01-03). "Film Dread Out". MerahPutih. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-10. Diakses tanggal 2020-03-15. 
  13. ^ Yanuar, Elang Riki (2019-01-03). "Bintangi Film Dread Out, Jefri Nichol Sempat Terkendala Berbahasa Sunda". Medcom.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-10. Diakses tanggal 2020-03-15. 

Sumber

  • Juniarso Ridwan: Perda Kebudayaan yang Terkesan Chauvinistik, Pikiran Rakyat 4 Desember 2003.
  • Tedi Permadi: Aksara Sunda dan Soal Lainnya, Pikiran Rakyat 15 Februari 2004.
  • Atep Kurnia: Jasa Tuan Hola Buat Sunda, Kompas (Edisi Jawa Barat) 10 November 2007.
  • Djasepudin: Memasyarakatkan Aksara Sunda, Kompas (Edisi Jawa Barat) 07 April 2007.

Pranala luar

  • Proposal pengkodean karakter aksara Sunda
  • https://symbl.cc/en/unicode/blocks/sundanese/
  • Pedoman Ejaan Bahasa Sunda Yang Disempurnakan
  • Kamus Sunda-Indonesia Repositori Kemdikbud
  • Kamus Bahasa Sunda-Inggris oleh F.S. Eringa
  • Konverter Aksara Latin-Aksara Sunda di kairaga.com
  • Tabel Karakter Unicode Aksara Sunda di unicode-table.com
  • l
  • b
  • s
Jenis-jenis aksara
Gambaran
Daftar
Jenis
Brahmi
Utara
Selatan
Kawi
Lainnya
Linear
Non-linear
  • Adinkra
  • Aztek
  • Simbol Bliss
  • Dongba
  • Ersu Shaba
  • Emoji
  • IConji
  • Isotype
  • Kaidā
  • Míkmaq
  • Mixtec
  • Nsibidi
  • Hieroglif Ojibwe
  • Siglas poveiras
  • Testerian
  • Yerkish
  • Zapotec
Tionghoa
Aksara Han
Dipengaruhi Tionghoa
Logosilabis lainnya
Logokonsonan
Sistem bilangan
Penuh
Pengulangan
  • Espanca
  • Pahawh Hmong
  • Aksara kecil Khitan
  • Hispania Kuno Barat Daya
  • Zhuyin fuhao
  • ASLwrite
  • SignWriting
  • si5s
  • Notasi Stokoe
  • l
  • b
  • s
Braille ⠃⠗⠁⠊⠇⠇⠑
Braille cell
  • 1829 braille
  • International uniformity
  • ASCII braille
  • Unicode braille patterns
Braille scripts
French-ordered
Keluarga Nordik
  • Estonia
  • Faroe
  • Islandia
  • Sami Utara
  • Skandinavia
    • Denmark
    • Finlandia
    • Greenland
    • Norwegia
    • Swedia
Russian lineage family
i.e. Cyrillic-mediated scripts
  • Belarusia
  • Bulgaria
  • Kazakh
  • Kyrgyz
  • Mongolia
  • Rusia
  • Tatar
  • Ukraina
Egyptian lineage family
i.e. Arabic-mediated scripts
Indian lineage family
i.e. Bharati Braille
Other scripts
  • Amharic
  • Armenia
  • Burma
  • Kamboja
  • Dzongkha (bahasa Bhutan)
  • Georgia
  • Yunani
  • Ibrani
  • Inuktitut (reassigned vowels)
  • Thai dan Lao (Japanese vowels)
  • Tibet
Reordered
  • Braille bahasa Algeria (obsolete)
Frequency-based
  • Braille bahasa Amerika (obsolete)
Independent
Eight-dot
  • Luksemburg
  • Kanji
  • Gardner–Salinas braille codes (GS8)
Symbols in braille
  • Braille music
  • Canadian currency marks
  • Computer Braille Code
  • Gardner–Salinas braille codes (science; GS8/GS6)
  • International Phonetic Alphabet (IPA)
  • Nemeth braille code
Braille technology
  • Braille e-book
  • Braille embosser
  • Braille translator
  • Braille watch
  • Mountbatten Brailler
  • Optical braille recognition
  • Perforation
  • Perkins Brailler
  • Refreshable braille display
  • Slate and stylus
  • Braigo
Persons
  • Louis Braille
  • Charles Barbier
  • Valentin Haüy
  • Thakur Vishva Narain Singh
  • Sabriye Tenberken
  • William Bell Wait
Organisations
  • Braille Institute of America
  • Braille Without Borders
  • Japan Braille Library
  • National Braille Association
  • Blindness organizations
  • Schools for the blind
  • American Printing House for the Blind
Other tactile alphabets
  • Decapoint
  • Moon type
  • New York Point
  • Night writing
  • Vibratese
Related topics
  • Accessible publishing
  • Braille literacy
  • RoboBraille
  • l
  • b
  • s
Sistem tulisan elektronik
  • l
  • b
  • s
Sejarah
Aksara Sunda
Sistem penulisan
Aksara
Unicode
Tingkat tutur
Bahasa
Kosakata
Ragam
Dialek
Banten
Pesisir Utara
Priangan
Cirebon
Non-baku
Bahasa terkait
Gramatika
Otoritas
Topik terkait